Percaya atau nggak, gue nulis ini di tengah-tengah kegiatan UN.
Yup. Kalian gak salah baca. Seharusnya sih, (seharusnya) gue duduk di meja belajar dan sibuk berkutat dengan satu paket LKS Detik Detik, dengan kertas dan buku referensi yang berserakan.... yang seenggaknya berguna buat pencitraan di depan orangtua gue.
Kenyataannya?
Gue ga betah lama-lama menghadapi rumus fisika dan beralih ke laptop.
Ironis memang, karena selama 2 hari ini mapel yang menjadi andalan gue cuma Bahasa Indonesia. Entah apa yang terjadi dengan status gue sebagai anak IPA. Dan besok, gue cuma bisa berharap banyak ke mapel Bahasa Inggris.
Oke, terus terang aja gue memang ga bisa karena gue ga belajar. Jujur, gue ga siap menghadapi UN kali ini. Sejak Try Out pertama, nilai gue udah jeblok. Dan hebatnya, gue masih berhasil meraih peringkat 10 besar. Mungkin bukan karena gue pinter, melainkan karena temen-temen gue sama ga niatnya dengan gue untuk belajar - yang entah kenapa malah mendapat peringkat di bawah gue.
Di hari pertama UN, gue sempet PD karena gue udah belajar sesuai soal-soal latihan yang gue print dari berbagai website.
Nyatanya: soal yang keluar pas UN jauh beda dengan yang gue pelajari. Sekitar 70% beda.
Oh great. Gue cuma bisa pasrah dan ngerjain sebisa gue.
Tambahan lagi, di saat orang-orang sibuk belajar, gue diajak bokap buat nonton Dawn of Justice. Greget, kan?
Sekadar informasi, Dawn of Justice keren banget - walaupun gue lebih suka film buatan Marvel. Terus terang aja nih ya, gue jadi lebih berpihak sama Superman gara-gara ada 'dendam' tersendiri sama Batman. Errr, bukan Batman yang asli sih, melainkan Batman yang diperankan orang lain di dunia Roleplay (RP).
Di salah satu plot (alur cerita) yang karakter gue dan Batman KW ini buat, kami berantem (ini battle atau pukul-pukulan ala anak SMP?) Batman bener-bener berhasil membuat gue K.O.
Ah, sampai di mana gue tadi?
Oh iya. UN.
Mungkin karena tahun ini UN gak dijadikan tolak ukur kelulusan, gue jadi santai. Bener-bener santai. Jauh lebih santai daripada saat gue harus menghadapi UN SMP dan SD.
Tapi walaupun santai, gue cemas juga.
Gimana kalau nilai gue ujung-ujungnya jelek semua? Malunya bakal seumur hidup.
On the second thought, kayaknya ga sampe seumur hidup juga.
Oke, jadi gue rasa hari ini cukup dulu. Mungkin gue harus pencitraan lagi. #IYKWIM
Yup. Kalian gak salah baca. Seharusnya sih, (seharusnya) gue duduk di meja belajar dan sibuk berkutat dengan satu paket LKS Detik Detik, dengan kertas dan buku referensi yang berserakan.... yang seenggaknya berguna buat pencitraan di depan orangtua gue.
Kenyataannya?
Gue ga betah lama-lama menghadapi rumus fisika dan beralih ke laptop.
Ironis memang, karena selama 2 hari ini mapel yang menjadi andalan gue cuma Bahasa Indonesia. Entah apa yang terjadi dengan status gue sebagai anak IPA. Dan besok, gue cuma bisa berharap banyak ke mapel Bahasa Inggris.
Oke, terus terang aja gue memang ga bisa karena gue ga belajar. Jujur, gue ga siap menghadapi UN kali ini. Sejak Try Out pertama, nilai gue udah jeblok. Dan hebatnya, gue masih berhasil meraih peringkat 10 besar. Mungkin bukan karena gue pinter, melainkan karena temen-temen gue sama ga niatnya dengan gue untuk belajar - yang entah kenapa malah mendapat peringkat di bawah gue.
Di hari pertama UN, gue sempet PD karena gue udah belajar sesuai soal-soal latihan yang gue print dari berbagai website.
Nyatanya: soal yang keluar pas UN jauh beda dengan yang gue pelajari. Sekitar 70% beda.
Oh great. Gue cuma bisa pasrah dan ngerjain sebisa gue.
Tambahan lagi, di saat orang-orang sibuk belajar, gue diajak bokap buat nonton Dawn of Justice. Greget, kan?
Sekadar informasi, Dawn of Justice keren banget - walaupun gue lebih suka film buatan Marvel. Terus terang aja nih ya, gue jadi lebih berpihak sama Superman gara-gara ada 'dendam' tersendiri sama Batman. Errr, bukan Batman yang asli sih, melainkan Batman yang diperankan orang lain di dunia Roleplay (RP).
Di salah satu plot (alur cerita) yang karakter gue dan Batman KW ini buat, kami berantem (ini battle atau pukul-pukulan ala anak SMP?) Batman bener-bener berhasil membuat gue K.O.
Ah, sampai di mana gue tadi?
Oh iya. UN.
Mungkin karena tahun ini UN gak dijadikan tolak ukur kelulusan, gue jadi santai. Bener-bener santai. Jauh lebih santai daripada saat gue harus menghadapi UN SMP dan SD.
Tapi walaupun santai, gue cemas juga.
Gimana kalau nilai gue ujung-ujungnya jelek semua? Malunya bakal seumur hidup.
On the second thought, kayaknya ga sampe seumur hidup juga.
Oke, jadi gue rasa hari ini cukup dulu. Mungkin gue harus pencitraan lagi. #IYKWIM
Comments
Post a Comment